
Meningkatkan Taraf Berpikir NASYI'AH
Oleh : Ani Jumrotun, Peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng Angkatan 2, di Wonosobo
Nasyiatul Aisyiyah (NASYI’AH) sebagai organisasi perempuan muda Muhammadiyah memiliki peran penting dalam membangun generasi yang cerdas, berdaya, dan berkontribusi bagi umat serta bangsa.
Salah satu cara efektif untuk meningkatkan taraf berpikir kader-kadernya adalah dengan memperkuat budaya membaca.
Literasi bukan sekadar kemampuan mengenal huruf dan kata, tetapi juga keterampilan memahami, menganalisis, dan mengaplikasikan ilmu dalam kehidupan sehari-hari.
Perempuan memiliki peran penting dalam membentuk peradaban dan kemajuan suatu bangsa. Namun, rendahnya minat baca dan budaya literasi di Indonesia menjadi tantangan serius dalam meningkatkan kualitas berpikir individu, terutama perempuan.
UNESCO mencatat bahwa indeks minat membaca di Indonesia hanya 0,001%, yang berarti dari 1.000 orang, hanya ada satu yang memiliki kebiasaan membaca secara rutin.
Selain itu, dalam pemeringkatan literasi global, berdasarkan survey Program for International Student Assesment PISA 2022 Indonesia berada di posisi 69 dari 81 negara.
Sementara data Perpustakaan Nasional RI menyatakan orang Indonesia hanya membaca 3 - 4 buku pertahun, ini jauh dari negara maju. Terlebih jika kita merasa tidak membaca 3 - 4 buku pertahun, artinya kategori minat baca kita lebih rendah dari rata-rata, sungguh kita perlu untuk merefleksi diri atas hal ini.
Jika perempuan sebagai pilar utama keluarga dan masyarakat memiliki kesadaran terhadap pentingnya literasi, maka perempuan akan mampu lebih bijak dalam mengatasi persoalan, baik dalam keluarga maupun lingkungan sekitar.
Perempuan juga berperan sebagai pendidik pertama dalam keluarga. Seorang ibu yang memiliki wawasan luas dapat meningkatkan kualitas pendidikan dalam keluarga, Anak-anak yang tumbuh dalam lingkungan dengan budaya membaca cenderung memiliki pola pikir yang tajam, kritis dan kreatif
Dalam Islam, pentingnya membaca telah ditegaskan dalam wahyu pertama yang diturunkan kepada Nabi Muhammad ﷺ : "Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan."
(QS. Al-'Alaq: 1)
Ayat ini menjadi landasan bahwa membaca adalah kunci utama dalam menuntut ilmu dan meningkatkan kualitas hidup. Dengan membudayakan membaca, kader NASYI’AH dapat memperkuat literasi sebagai salah satu pilar dalam membangun keluarga muda yang tangguh dan berdaya.
Membaca sebagai Pilar Literasi yang Mengokohkan Berpikir Kritis
Di era digital saat ini, arus informasi sangat deras. Tanpa kemampuan membaca yang baik, seseorang mudah terjebak dalam hoaks, pemikiran dangkal, dan bias kognitif. Oleh karena itu, membaca yang berkualitas menjadi kebutuhan mendesak bagi kader NASYI’AH agar memiliki pola pikir kritis, analitis, dan solutif.
Rasulullah ﷺ bersabda:
> "Barang siapa yang menempuh jalan untuk mencari ilmu, Allah akan mudahkan baginya jalan menuju surga."
(HR. Muslim, no. 2699)
Membaca adalah bagian dari proses mencari ilmu. Melalui membaca, seseorang dapat memperluas wawasan, memahami berbagai perspektif, dan menemukan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Untuk meningkatkan taraf berpikir, NASYI’AH perlu menekankan beberapa aspek penting dalam membaca:
1. Membaca dengan Pemahaman Mendalam
Banyak orang membaca sekadar untuk mendapatkan informasi tanpa memahami maknanya secara mendalam. NASYI’AH harus membudayakan membaca dengan pemahaman yang kritis dan reflektif agar ilmu yang diperoleh benar-benar bermanfaat.
2. Mengembangkan Kebiasaan Membaca yang Beragam
Bacaan yang baik tidak hanya terbatas pada buku keislaman, tetapi juga mencakup berbagai bidang seperti sejarah, sains, sosial, dan ekonomi. Membaca beragam sumber akan membantu dalam membangun perspektif yang lebih luas dan tidak mudah terjebak dalam pemikiran sempit.
3. Menganalisis dan Menerapkan Ilmu dari Bacaan
Membaca tidak hanya berhenti pada memahami isi, tetapi juga mengaitkan dengan realitas kehidupan. Kader NASYI’AH perlu membiasakan diri untuk berdiskusi dan menulis ringkasan dari bacaan agar pemahaman semakin kokoh.
Membaca sebagai Penguatan Keluarga Muda yang Tangguh
Keluarga yang tangguh berawal dari individu yang cerdas dan berdaya. Jika kader NASYI’AH terbiasa membaca dan berpikir kritis, maka mereka dapat membangun keluarga yang kokoh dengan nilai-nilai Islam dan ilmu pengetahuan. Ada beberapa alasan mengapa membaca menjadi pilar penting dalam membangun keluarga muda yang tangguh:
1. Menjadi Ibu yang Berilmu
Sebagai calon ibu atau ibu muda, kader NASYI’AH harus memiliki wawasan luas agar dapat mendidik anak dengan baik. Ibu yang berilmu akan mampu membimbing anak-anaknya dalam berpikir kritis, berakhlak baik, dan memiliki keimanan yang kuat.
> "Seorang ibu adalah sekolah pertama bagi anaknya. Jika engkau menyiapkannya dengan baik, maka engkau telah menyiapkan generasi yang unggul."
(Imam Asy-Syafi’i)
2. Membantu Suami dalam Menjadi Pemimpin Keluarga yang Bijak
Wanita yang terbiasa membaca dan berpikir kritis dapat menjadi partner diskusi yang baik bagi suaminya. Ia dapat memberikan sudut pandang yang lebih luas dalam mengambil keputusan dan mendukung suami dalam menjalankan peran sebagai pemimpin keluarga.
3. Menanamkan Budaya Literasi kepada Anak Sejak Dini
Jika seorang ibu memiliki kebiasaan membaca, maka anak-anak pun akan mencontohnya. Membiasakan membaca buku bersama anak sejak dini akan membangun kecintaan terhadap ilmu dan meningkatkan kecerdasan mereka.
Strategi NASYI’AH dalam Mengokohkan Literasi Kader
Untuk menjadikan budaya membaca sebagai pilar utama dalam meningkatkan taraf berpikir kader, NASYI’AH perlu merancang berbagai program strategis, seperti:
1. Gerakan Membaca Sehari 30 Menit
Mendorong setiap anggota NASYI’AH untuk membiasakan membaca minimal 30 menit sehari dan berbagi wawasan dari buku yang mereka baca.
2. Kajian dan Diskusi Berbasis Buku
Mengadakan forum kajian atau diskusi rutin dengan bahan bacaan tertentu agar kader dapat memahami suatu topik secara lebih mendalam dan membangun budaya berpikir kritis.
3. Pelatihan Menulis dan Review Buku
Membaca akan lebih efektif jika diikuti dengan menulis. Oleh karena itu, NASYI’AH bisa mengadakan pelatihan menulis artikel, resensi buku, atau jurnal pemikiran untuk meningkatkan pemahaman dan produktivitas intelektual kader.
4. Penyediaan Perpustakaan dan Akses Bacaan Digital
Memfasilitasi kader dengan akses terhadap buku, jurnal, dan artikel ilmiah baik dalam bentuk fisik maupun digital agar mereka lebih mudah mendapatkan referensi yang berkualitas.
Kesimpulan
Meningkatkan taraf berpikir kader NASYI’AH dengan membaca bukan hanya sebuah kebutuhan, tetapi juga sebuah kewajiban dalam membangun peradaban yang lebih maju. Dengan membudayakan membaca, kader NASYI’AH dapat menjadi perempuan yang cerdas, kritis, dan berdaya, yang pada akhirnya akan membentuk keluarga muda yang tangguh dan berkualitas.
Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:
> “Sebaik-baik manusia adalah yang paling bermanfaat bagi manusia lainnya.” (HR. Ahmad, no. 8799)
Maka, mari kita jadikan membaca sebagai bagian dari gaya hidup, agar ilmu yang kita peroleh tidak hanya meningkatkan taraf berpikir pribadi, tetapi juga memberikan manfaat yang luas bagi keluarga, masyarakat, dan peradaban Islam.
Wallahu a’lam.
Comments
No comments yet. Be the first to comment!