
Oleh : Aron Gemilang E, (Peserta Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah Angkatan II 2024 )
Haramnya Mendengarkan Pembicaraan Orang Lain Tanpa Izin
Diriwayatkan dari sahabat Ibnu ‘Abbas radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
عَنْ ابْنِ عَبَّاسٍ، عَنِ النَّبِيِّ ﷺ قَالَ: مَنِ اسْتَمَعَ إِلَى حَدِيثِ قَوْمٍ وَهُمْ لَهُ كَارِهُونَ، صُبَّ فِي أُذُنِهِ الآنُكُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
"Barang siapa yang mendengarkan pembicaraan suatu kaum padahal mereka tidak ingin didengarkan pembicaraannya, maka pada hari kiamat akan dituangkan timah panas ke dalam telinganya." (HR. Bukhari No. 7042)
Makna Hadis
Hadis ini menegaskan pentingnya adab dalam mendengarkan pembicaraan orang lain. Jika dua orang sedang berbincang secara pribadi dan tidak ingin ada orang lain yang mengetahui isi percakapannya, maka mendengarkan secara diam-diam adalah perbuatan yang dilarang. Perbuatan ini mencerminkan sikap tidak menghormati privasi orang lain dan dapat menimbulkan konflik sosial.
Selain itu, hadis ini juga memperingatkan tentang bahaya menguping pembicaraan orang lain, terutama jika bertujuan mencari tahu sesuatu yang bukan haknya. Bahkan, perbuatan mengintip ke dalam rumah atau ruang pribadi orang lain juga termasuk dalam kategori ini.
Rasulullah ﷺ juga menegaskan pentingnya menjauhi hal-hal yang tidak bermanfaat bagi diri kita sendiri. Sebagaimana dalam hadis:
مِنْ حُسْنِ إِسْلَامِ الْمَرْءِ تَرْكُهُ مَا لَا يَعْنِيهِ
"Di antara tanda kebaikan Islam seseorang adalah meninggalkan hal yang tidak bermanfaat baginya." (HR. Tirmidzi No. 2317)
Jika kita terlalu sibuk mengurusi urusan orang lain, kita bisa kehilangan fokus pada tanggung jawab pribadi. Selain membebani pikiran, hal ini juga bisa menjerumuskan kita ke dalam perbuatan dosa, seperti ghibah dan fitnah.
Tajassus: Mengorek-ngorek Aib Orang Lain
Dalam Islam, perbuatan mencari-cari kesalahan orang lain disebut dengan tajassus. Secara bahasa, tajassus berarti menyelidiki atau memata-matai dengan maksud mencari informasi yang tidak seharusnya diketahui.
Allah Ta’ala berfirman dalam Al-Qur’an:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اجْتَنِبُوا كَثِيرًا مِّنَ الظَّنِّ إِنَّ بَعْضَ الظَّنِّ إِثْمٌ وَلَا تَجَسَّسُوا
"Wahai orang-orang yang beriman, jauhilah banyak dari prasangka, karena sebagian prasangka itu adalah dosa, dan janganlah kamu mencari-cari kesalahan orang lain." (QS. Al-Hujurat: 12)
Ayat ini menegaskan bahwa tindakan mencari kesalahan orang lain adalah sesuatu yang dilarang. Sering kali, perilaku tajassus muncul akibat prasangka buruk. Padahal, Islam mengajarkan agar kita selalu berprasangka baik terhadap sesama.
Larangan Mencela Aib Orang Lain
Dari Mu’adz bin Jabal radhiyallahu ‘anhu, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَنْ عَيَّرَ أَخَاهُ بِذَنْبٍ لَمْ يَمُتْ حَتَّى يَعْمَلَهُ
"Barang siapa yang mencela saudaranya karena dosa yang dilakukannya, maka dia tidak akan meninggal sampai dia melakukan dosa yang serupa." (HR. Tirmidzi No. 2505)
Hadis ini memberikan pelajaran bahwa mencela seseorang atas kesalahannya dapat berbalik kepada diri sendiri. Orang yang mencela mungkin akan terjatuh dalam dosa yang sama atau bahkan lebih buruk. Oleh karena itu, daripada mencela, lebih baik kita menasihati secara baik-baik dan menjaga aibnya.
Ulama tabi’in, Al-Fudhail bin ‘Iyadh, pernah berkata:
الْمُؤْمِنُ يَسْتُرُ وَيَنْصَحُ، وَالْفَاجِرُ يَهْتِكُ وَيُعَيِّرُ
“Seorang mukmin akan menutupi dan menasihati saudaranya, sedangkan orang fasik akan membongkar aib dan mencelanya.” (Jami’ul ‘Ulum wal Hikam, 1/224)
Menutup aib orang lain adalah tanda ketakwaan, sedangkan membongkar aib mencerminkan sifat orang yang tidak beriman dengan baik.
1. Mendengarkan pembicaraan orang lain tanpa izin adalah perbuatan yang dilarang dalam Islam.
2. Mengorek-ngorek kesalahan dan aib orang lain (tajassus) termasuk perbuatan yang tercela dan dilarang dalam Al-Qur’an.
3. Mencela aib orang lain bisa berakibat buruk bagi diri sendiri, bahkan bisa menyebabkan seseorang terjatuh ke dalam dosa yang sama.
4. Islam mengajarkan untuk menutup aib saudara dan lebih fokus pada memperbaiki diri sendiri.
5. Allah Maha Penyayang dan tidak membuka aib hamba-Nya yang telah bertaubat, maka kita juga harus meneladani sifat ini dalam kehidupan sehari-hari.
Semoga kita senantiasa menjaga diri dari kebiasaan mencari kesalahan orang lain dan lebih fokus dalam memperbaiki diri sendiri. Aamiin.
Comments
No comments yet. Be the first to comment!