Home > Article > Category > OPINI

ISLAM, KECERDASAN BUATAN (AI) DAN TEKNOLOGI MASA DEPAN : PERSPEKTIF ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB

ISLAM, KECERDASAN BUATAN (AI) DAN TEKNOLOGI MASA DEPAN : PERSPEKTIF ETIKA DAN TANGGUNG JAWAB

Oleh: Nasihin (Peserta sekolah tabligh angkatan II di Wonosobo)

Islam memandang kecerdasan buatan (AI) dan teknologi masa depan dengan sikap terbuka dan tercerahkan. Islam mengajarkan umatnya untuk memanfaatkan segala bentuk teknologi, asalkan mempertimbangkan dampaknya terhadap kehidupan sehari-hari serta tetap dalam koridor etika dan syariah. Dalam Al-Qur'an, Allah SWT menyebutkan bahwa manusia diberi ilmu pengetahuan dan kemampuan untuk mengembangkan bumi serta memanfaatkan segala macam teknologi demi kemaslahatan umat manusia.

Allah SWT berfirman dalam Al-Qur'an:

وَعَلَّمَ آدَمَ ٱلۡأَسۡمَآءَ كُلَّهَا ثُمَّ عَرَضَهُمۡ عَلَى ٱلۡمَلَٰٓئِكَةِ فَقَالَ أَنۢبِـُٔونِى بِأَسۡمَآءِ هَٰٓؤُلَآءِ إِن كُنتُمۡ صَٰدِقِينَ

"Dan Dia mengajarkan kepada Adam nama-nama (benda-benda) seluruhnya, kemudian Dia memperlihatkan kepada para malaikat lalu berfirman, 'Sebutkan kepada-Ku nama semua (benda) ini jika kamu memang benar orang-orang yang benar!'"
(QS. Al-Baqarah: 31)

Ayat ini menunjukkan bahwa Allah telah menganugerahkan kepada manusia kemampuan untuk memperoleh ilmu pengetahuan, yang dapat mencakup pengembangan teknologi seperti AI dan inovasi masa depan. Manusia bertanggung jawab untuk menggunakan teknologi dengan cara yang selaras dengan nilai-nilai Islam.

Teknologi dan Maqasid Syariah

Dalam Islam, semua aspek kehidupan, termasuk teknologi, harus berlandaskan Maqasid Syariah (tujuan utama syariat), yaitu:

1. Hifz ad-Din (Menjaga Agama) – Teknologi sebaiknya digunakan untuk memperkuat pemahaman dan praktik agama, seperti aplikasi pengingat salat dan kecerdasan buatan dalam studi Al-Qur'an.


2. Hifz an-Nafs (Menjaga Jiwa) – Teknologi harus digunakan untuk meningkatkan keselamatan dan kesejahteraan manusia, bukan untuk membahayakan atau menciptakan ketidakadilan.


3. Hifz al-‘Aql (Menjaga Akal) – AI dan inovasi teknologi seharusnya mendukung peningkatan intelektual dan keilmuan, bukan sebaliknya menyesatkan atau merusak pola pikir masyarakat.


4. Hifz al-Mal (Menjaga Harta) – AI dan teknologi sebaiknya dimanfaatkan untuk meningkatkan kesejahteraan ekonomi secara adil dan menghindari eksploitasi ekonomi.


5. Hifz an-Nasl (Menjaga Keturunan) – Penggunaan AI dan teknologi dalam bioteknologi dan medis harus memperhatikan etika Islam agar tidak merusak tatanan sosial dan moral.

 

Dari sini, dapat disimpulkan bahwa Islam mengajarkan umatnya untuk tidak menggunakan teknologi yang dapat membahayakan diri sendiri maupun orang lain. Hal ini sesuai dengan firman Allah SWT:

وَلَا تُلۡقُواْ بِأَيۡدِيكُمۡ إِلَى ٱلتَّهۡلُكَةِ وَأَحۡسِنُوٓاْ إِنَّ ٱللَّهَ يُحِبُّ ٱلۡمُحۡسِنِينَ

"Dan janganlah kamu menjatuhkan dirimu sendiri ke dalam kebinasaan, dan berbuat baiklah; sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat baik."
(QS. Al-Baqarah: 195)

AI dan Tanggung Jawab Etis

Menurut visi Islam, AI dan teknologi masa depan harus digunakan secara bijaksana dan bertanggung jawab. Umat Islam dianjurkan untuk selalu memperhatikan aspek etika dalam pengembangan dan penggunaan teknologi. Beberapa aspek yang perlu diperhatikan dalam pengembangan AI meliputi:

Keadilan: AI tidak boleh digunakan untuk menciptakan ketidakadilan sosial atau diskriminasi.

Transparansi: Sistem AI harus dapat dipahami dan dikontrol oleh manusia.

Keamanan Data: Islam menekankan pentingnya menjaga privasi dan hak individu dalam penggunaan teknologi.


Islam juga mendorong umatnya untuk terus belajar dan memahami perkembangan teknologi agar dapat meningkatkan kualitas hidup dan berkontribusi dalam memecahkan berbagai masalah sosial, ekonomi, dan lingkungan. Hal ini sejalan dengan hadis Rasulullah SAW:

طَلَبُ الْعِلْمِ فَرِيضَةٌ عَلَى كُلِّ مُسْلِمٍ

"Menuntut ilmu itu wajib bagi setiap Muslim."
(HR. Ibnu Majah)

AI sebagai Sarana Inovasi dan Kesejahteraan

Dalam konteks pengembangan manusia dan sosial, Islam menekankan pentingnya etika dalam pemanfaatan teknologi. Menurut Dr. Jasser Auda (2019), Islam memandang AI sebagai alat yang dapat digunakan untuk meningkatkan produktivitas, inovasi, dan kesejahteraan manusia. Namun, dalam penggunaannya, umat Islam harus selalu mengedepankan nilai-nilai moral, etika, dan keadilan.

Misalnya, AI dapat digunakan dalam bidang pendidikan, ekonomi, kesehatan, dan dakwah Islam. Aplikasi berbasis AI seperti asisten virtual Islami, aplikasi tafsir Al-Qur'an berbasis AI, serta sistem prediksi kesehatan berbasis AI dapat memberikan manfaat besar bagi umat manusia.

Kesimpulan

Islam memandang AI dan teknologi masa depan sebagai anugerah yang harus digunakan dengan penuh kebijaksanaan dan tanggung jawab. Dengan menaati ajaran agama dan memperhatikan nilai-nilai etika dalam pengembangan serta pemanfaatan teknologi, umat Islam dapat menjadi agen perubahan yang positif dalam menghadapi tantangan zaman yang semakin kompleks.

Sebagaimana firman Allah SWT:

هُوَ ٱلَّذِى جَعَلَ لَكُمُ ٱلۡأَرۡضَ ذَلُولٗا فَٱمۡشُواْ فِي مَنَاكِبِهَا وَكُلُواْ مِن رِّزۡقِهِۦۖ وَإِلَيۡهِ ٱلنُّشُورُ

"Dialah yang menjadikan bumi itu mudah bagi kamu, maka berjalanlah di segala penjurunya dan makanlah sebagian dari rezeki-Nya. Dan hanya kepada-Nya-lah kamu (kembali setelah) dibangkitkan."
(QS. Al-Mulk: 15)

Dengan demikian, AI dan teknologi masa depan seharusnya menjadi alat untuk mendukung kemajuan umat manusia secara keseluruhan, bukan malah membawa kehancuran atau ketidakadilan. Sebagai umat Islam, kita harus berperan aktif dalam memastikan bahwa perkembangan teknologi tetap berada dalam koridor yang benar dan bermanfaat bagi seluruh umat manusia.

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Reply