Home > Article > Category > OPINI

BAGAIMANA WARGA MUHAMMADIYAH DALAM BERMEDIA SOSIAL

BAGAIMANA WARGA MUHAMMADIYAH DALAM BERMEDIA SOSIAL


Ditulis Oleh     : Aron Gemilang E, (Peserta Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah Angkatan II 2024 )

Kemajuan teknologi, khususnya media sosial, memberikan banyak manfaat sekaligus tantangan bagi seorang Muslim dalam menjaga iman dan takwa. Teknologi dapat menjadi sarana dakwah dan ilmu, tetapi juga dapat menjadi pintu masuk berbagai godaan yang menggerus keimanan jika tidak digunakan dengan bijak.  Kemajuan teknologi sekali lagi adalah sebuah ujian bagi seorang Muslim. Jika digunakan dengan bijak, ia menjadi alat untuk memperkuat iman dan dakwah. Namun, jika tidak dikendalikan, ia dapat menjadi fitnah yang merusak ketakwaan. Oleh karena itu, hendaknya seorang Muslim selalu berpegang pada nilai-nilai Islam dalam berinteraksi di dunia digital, menjaga lisan, berhati-hati dalam menyebarkan informasi, serta memanfaatkan waktu dengan baik sesuai tuntunan Al-Qur'an dan hadits.

Sebagai warga Muhammadiyah, yang berpegang teguh pada Al-Qur'an dan Hadits, harus memiliki panduan fiqih dalam bermedia sosial agar tetap sesuai dengan nilai-nilai Islam. Islam mengajarkan bahwa setiap perkataan dan perbuatan manusia akan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Oleh karena itu, dalam bermedia sosial, seorang Muslim harus senantiasa menjaga adab dan etika. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman
مَّا يَلۡفِظُ مِن قَوۡلٍ إِلَّا لَدَيۡهِ رَقِيبٌ عَتِيدٞ ١٨ 
"Tidak ada suatu kata yang diucapkannya melainkan ada di sisinya malaikat pengawas yang selalu siap (mencatat)." (QS. Qaf: 18)
Dalam hadis, Rasulullah ﷺ bersabda:
مَن كَانَ يُؤْمِنُ بِاللهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ فَلْيَقُلْ خَيْرًا أَوْ لِيَصْمُتْ
"Barang siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia berkata baik atau diam." (HR. Al-Bukhari No. 6018, Muslim No. 47)

Ayat dan hadits tersebut ini mengingatkan kita bahwa setiap perkataan, termasuk yang disampaikan melalui media sosial, akan dicatat dan dipertanggungjawabkan di hadapan Allah. Oleh karena itu, seorang Muslim harus selalu berpikir sebelum berbicara atau menulis agar tidak menyebarkan keburukan.

Menjauhi Fitnah dan Hoaks
Salah satu dampak negatif media sosial adalah penyebaran fitnah dan berita bohong. Dalam Islam, menyebarkan berita yang belum jelas kebenarannya sangat dilarang. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
كَفَى بِالْمَرْءِ كَذِبًا أَنْ يُحَدِّثَ بِكُلِ مَا سَمِعَ
"Cukuplah seseorang dikatakan berdusta jika ia menceritakan semua yang ia dengar." (HR. Muslim no. 5)

Dalam era media sosial, banyak orang dengan mudah menyebarkan informasi tanpa memastikan kebenarannya. Sebagai Muslim, kita harus selektif dan melakukan tabayyun (klarifikasi) sebelum menyebarkan berita.

Menggunakan Media Sosial untuk Kebaikan
Media sosial dapat menjadi sarana dakwah dan menyebarkan kebaikan. Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda:
مَنْ دَلَّ عَلى خَيْرٍ فَلَهُ مِثْلُ أَجْرِ فَاعِلِهِ
"Barang siapa menunjukkan kepada kebaikan, maka dia akan mendapatkan pahala seperti pahala orang yang melakukannya." (HR. Muslim no. 1893)
Seorang Muslim hendaknya memanfaatkan media sosial untuk menyebarkan ilmu yang bermanfaat, mengajak kepada kebaikan, dan menyebarkan nilai-nilai Islam. Dalam hal ini, Imam Ibnul Qayyim dalam Madarij as-Salikin berkata: "Perkataan yang baik adalah sedekah, dan menyampaikan ilmu yang bermanfaat adalah sebaik-baik sedekah."

Imam Al-Baghawi dalam Syarh as-Sunnah juga menambahkan:
"Dakwah yang dilakukan dengan hikmah dan kelembutan akan lebih diterima daripada perkataan yang kasar dan menyakitkan."

Dari sini, kita belajar bahwa penggunaan media sosial harus berorientasi pada kebaikan, dengan cara yang bijak dan penuh hikmah agar lebih efektif dalam menyebarkan nilai-nilai Islam.

Menjaga Etika dalam Berinteraksi
Islam mengajarkan adab dalam berkomunikasi, termasuk dalam media sosial. Allah berfirman:
وَقُولُواْ لِلنَّاسِ حُسۡنٗا
"Dan ucapkanlah kata-kata yang baik kepada manusia." (QS. Al-Baqarah: 83)

Sebagai Muslim, kita harus menjaga sopan santun, menghindari debat yang tidak bermanfaat, serta tidak menggunakan kata-kata kasar atau menyakiti perasaan orang lain di media sosial. Para ulama juga menekankan pentingnya menjaga lisan dan tulisan dalam kehidupan sehari-hari. Imam Al-Ghazali dalam Ihya Ulumuddin berkata: "Lisan adalah salah satu nikmat terbesar dari Allah, namun juga salah satu penyebab terbesar manusia masuk ke dalam kebinasaan. Oleh karena itu, hendaknya seseorang menjaga lisannya dari perkataan yang tidak bermanfaat."
Sebagai seorang Muslim, kita harus menyikapi kemajuan teknologi, khususnya media sosial, dengan bijak. Menggunakan media sosial untuk hal-hal yang bermanfaat, menghindari penyebaran fitnah dan hoaks, serta menjaga akhlak dalam berinteraksi adalah kunci agar teknologi tetap menjadi sarana kebaikan, bukan sebaliknya. Dengan berpegang pada ajaran Islam, kita dapat memanfaatkan media sosial dengan cara yang diridhai oleh Allah SWT.

Sebagai warga Muhammadiyah, yang memiliki prinsip berkemajuan, kita harus menjadikan media sosial sebagai sarana dakwah amar ma’ruf nahi munkar dengan tetap berpegang pada akhlak Islam dan nilai-nilai persyarikatan. Muhammadiyah sejak awal telah memanfaatkan teknologi untuk kemajuan umat, seperti melalui media cetak, radio, dan kini media sosial. Oleh karena itu, warga Muhammadiyah harus aktif dalam menyebarkan dakwah yang berlandaskan ilmu, tidak mudah terprovokasi oleh berita bohong, serta mengedepankan moderasi dan kesejukan dalam berdiskusi. Dengan demikian, kita dapat menjaga marwah Islam yang rahmatan lil ‘alamin serta membangun peradaban digital yang lebih bermakna dan membawa manfaat bagi umat dan bangsa.

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Reply