
Pimpinan Cabang Muhammadiyah (PCM) Wonosobo (penyebutan PCM sampai saat ini belum ditemukan SK nya) namun kalau mengingat berdirinya MI Muhammadiyah Sudagaran pada tahun 1963, kemungkinan PCM sudah berdiri secara resmi pada tahun 1960-an dan dengan merujuk pada Hasil Muktamar Muhammadiyah ke 34 tahun 1959 di Palembang adanya Penataan Struktur Organisasi sudah tersusun tingkat Pusat, Wilayah, Daerah, Cabang dan Ranting, yang berarti Cabang dan Daerah Muhammadiyah seharusnya sudah terbentuk.
Status PCM Wonosobo menginduk ke Pimpinan Daerah Muhammadiyah Banjarnegara, karena waktu itu belum berdiri Pimpinan Daerah Muhammadiyah Wonosobo, dan memang secara resmi SK PMD Wonosobo tahun 1967 dengan Ketua Mohammad Toha.
Latar belakang berdirinya Muhammadiyah Wonosobo diawali dari kedatangan orang-orang Kejiwan yang berasal dari Kota Banjarnegara. Dari desa Kejiwan, kegiatan Muhammadiyah kemudian bergerak masuk kota Wonosobo yang pada saat itu segala kegiatan terpusat di Sudagaran Wonosobo.
Berdasarkan informasi dari berbagai sumber dan catatan yang ada, terdapat sekumpulan orang yang pada saat itu disebut “Gerombolan” dari Kejiwan yang salah satu tokohnya bernama Ponadi, bergerak ke kota Wonosobo, terutama di kampung Sudagaran, yang kemudian diterims.oleh Ky Sulaiman, Muhammad Tammam, Mochammad Toha, Salim Yahya, Hadi Oetomo, Bapak Martorejo, Marto soleh, Abdullah Fekih, Ahmad Laziem, Sumaji, Darno Susanto dan lain-lain, sebagai pelopor Pergerakan Muhammadiyah di Kota Wonosobo. Ky Sulaiman yang juga berperan dalam pengembangan Muhammadiyah di Dusun Selomanik Kaliwiro Wonosobo.
Di kemudian hari sekitar tahun 1950-an Bp. Sumaji menghimpun/mengumpulkan anak-anak yatim di rumahnya di Sudagaran yang kemudian dikelola oleh Bapak/Ibu Alie Syuhudi sebagai Pengasuh dan penanggung jawab konsumsi Ibu Hj. Martowidagdo dan Ibu Hj Sundiyah. Dalam perkembangannya pada tahun 1970-an karena perubahan situasi tempat asuhan anak-anak yatim di Sudagaran pindah ke Kauman di tanah wakaf Bp. H. Zain Ibrahim sampai sekarang. Tempat Asuhan anak yatim di Sudagaran itu sekarang digunakan SD Muhammadiyah Sudagaran. Bp. Sumaji juga mewakafkan tanahnya untuk Muhammadiyah dan sekarang dipakai untuk Gedung Dakwah Muhammadiyah Cabang Wonosobo di jalan Veteran Wonosobo.
Untuk kepemimpinan Muhammadiyah Wonosobo, berdasarkan informasi dari berbagai sumber diperoleh data bahwa di awal pendirian (sekitar tahun 1950-an) diketuai oleh Hadi Oetomo.Dari catatan yang bisa ditemukan, dimulai dari sekitar tahun 1970-1990 Muhammadiyah Cabang Wonosobo diketuai oleh Zaini Syukri. Tahun 1990-1995 Muhammadiyah Cabang Wonosobo diketuai oleh Fatchurahman, tahun 1995-2005 oleh Purwanto. Hingga sampailah pada tahun 2005-2010 (periode Muktamar ke-45) PCM Wonosobo dipimpin oleh Thobroni Yusuf yang bertugas pada tahun 2006 sampai 2011. Pada tahun Tahun 2010-2015 (periode Muktamar Ke-46) PCM Wonosobo kembali dipimpin oleh Thobroni Yusuf. Namun pada akhir tahun 2012 Bapak Thobroni mengundurkan diri dan kepemimpinan PCM dilanjutkan oleh Tri Martanto sampai akhir periode. Pada periode tahun 2015-2020 (periode Muktam ar Ke-47) Tri Martanto kembali terpilih menjadi ketua PCM Wonosobo. Kepemimpinan di periode ini seharusnya berakhir pada tahun 2020, namun karena adanya penundaan pelaksanaan Muktamar Muhammadiyah ke 48 karena pandemi covid-19, maka kepemimpinan periode terakhir diperpanjang sampai dengan tahun 2022 atau sampai terlaksananya Muktamar Muhammadiyah.
Saat ini PCM Wonosobo telah memiliki organisasi otonom ‘Aisyiyah, Nasyia tul ‘Aisyiyah, Pemuda Muhammadiyah, Ikatan Pelajar Muhammadiyah dan Tapak Suci Putera Muhammadiyah. Sebagaimana tujuan persyarikatan Muhammadiyah, Muhammadiyah hadir di tengah masyarakat untuk menyampaikan Amar Ma’ruf Nahi Munkar, melakukan dakwah kepada masyarakat baik dengan lisan yang bersifat ceramah atau pengajian, maupun dengan perbuatan dengan melakukan amal kebaikan kepada Masyarakat.
Pada sekitar tahun 1970-1980 kegiatan pengajian seringkali diisi langsung oleh KH. AR Fachrudin selaku Ketua PP Muhammadiyah bertempat di Masjid Al-Huda Sudagaran. PRM juga rutin mengadakan pengajian dengan pemateri dari PCM Wonosobo dan ustadz-ustadzah yang mumpuni guna meningkatkan wawasan keislaman warga Muhammadiyah dan memberikan Ilmu Pengetahuan baik berupa materi Iba dah maupun Muamalah. Tidak hanya melalui bidang dakwah, ceramah dan pengajian saja, Muham madiyah juga ikut andil dalam mensejahterakan masyarakat dan memberikan sum bangsih bagi Indonesia, khususnya Masyarakat Wonosobo, yaitu dengan kehadiran Muhammadiyah dalam berbagai bidang seperti Pendidikan, Kesehatan, Ekonomi, dan Muamalah.
Dalam bidang pendidikan pada fase sejarah Muhammadiyah Wonosobo dalam naungan PCM Wonosobo telah mendirikan Pendidikan Sekolah Dasar, yaitu MI Muhammadiyah Sudagaran Wonosobo pada Tahun 1963 yang terus berkembang. Dan pada tahun 2006 MI Muhammadiyah Sudagaran beralih menjadi SD Muhammadiyah Sudagaran Wonosobo, hingga pada saat kepemimpinan Bp. H. Tobroni Yusuf terbentuklah SD MBF AL-Adzkiya sebagai amal usaha PCM.
Dalam bidang kesehatan PCM Wonosobo juga mengelola PKU Muhammadiyah, yang pada saat itu bertempat di Sudagaran Wonosobo, hingga akhirnya PKU Muhammadiyah berubah nama menjadi BKIA Siti Fatimah yang bertempat di Sudagaran, namun pada sekitar tahun 1980an pindah Desa Sudungdewo Kertek hingga pengelolaan PKU Muhammadiyah berpindah tangan dikelola oleh PCM Kertek, bahkan seiring berkembangnya waktu dan kebijakan PKU Muhammadiyah pada saat ini telah dikelola langsung oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Wonosobo.
Sementara di bidang Ekonomi PCM Wonosobo juga melaksanakan Pengembangan Ekonomi Warga Muhammadiyah melalui Surya Mart yang pada saat ini telah memiliki empat cabang di Wonosobo.
Dalam bidang sosial Pimpinan Cabang Muhammadiyah Wonosobo, berkontribusi dalam berbagai aspek salah satunya yaitu dengan pendirian Panti Asuhan Muhammadiyah Wonosobo, yang diprakarsai oleh Bapak Ali Suhudi sekitar tahun 1960-an. Pendirian PAY Muhammadiyah tak lain bertujuan untuk menolong dan menyantuni anak yatim sebagaimana penerapan Q.S Al-Ma’un. Tak hanya terfokus pada anak yatim/piatu, namun Panti Asuhan Muhammadiyah Wonosobo diperun tukkan bagi anak yang berasal dari keluarga tidak mampu ataupun terlantar.
Dalam bidang penyiaran, Muhammadiyah Wonosobo pada sekitar tahun 1970-an merintis siaran radio yang diberi nama “VOMU’ yang merupakan singkatan dari Voice of Muham madiyah. Siaran radio VOMU pada awalnya dikelola oleh Bapak Romadhon (put era dari Bapak Abdullah Fakih) yang studio siarannya menggunakan rumah Bapak Abdullah Fekih di Sudagaran. Pada perkembangan berikutnya Radio VOMU ini berubah menjadi Radio Purnamasidhi yang studionya berada di Argopeni. Sekarang Radio Purnamasidhi dikelola oleh Pimpinan Daerah Muhammadiyah Wonosobo.
PCM Wonosobo melakukan berbagai upaya dan kontribusi dalam mense jahterakan masyarakat, menjadi negeri yang “Baldatun Toyibatun Wa Robbun Ghofur” dengan semangat Amar Ma’ruf Nahi Munkar, berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah dengan melakukan berbagai hal yaitu melaksanakan penyembelihan hewan qurban di Alun-Alun Wonosobo dan membagikan kepada Masyarakat yang berhak, mengumpukan dan membagikan Zakat Fitrah,melaksanakan Sholat Idul Fitri dan Idul Adha di Alun-alun Wonosobo sebagai syiar agama Islam dan Muhammadiyah.
PCM Wonosobo juga mendidik Warga Muhammadiyah sebagai Agent Of Change Persyarikatan, dimana PCM memiliki program setiap warga Muhammadi yah menjadi seseorang yang dapat dijadikan sebagai panutan, yang disebut Pamong Jama’ah atau Inti Jama’ah yang menggerakkan kegiatan Jama’ah di Ranting-Ranting Muhammadiyah.
Eksistensi PCM Wonosobo tentu tidak terlepas dari kontribusi dan ulur tangan kader muda Muhammadiyah beserta ortomnya, salah satunya yaitu Aisyiyah sebagai salah satu Organisasi Otonom di dalam Muhammadiyah berbagai program kerja seperti, pengajian dikalangan Ibu-Ibu, Pangruki Layon, dan ber peran kuat dalam penggalangan dana segala kegiatan Muhammadiyah. Nasyiatul Aisyiyah mengadakan pengajian dilingkungan remaja putri. Ortom Aisyiyah dan Nasyiatul Aisyiyah juga sangat berperan penting bagi pengkaderan dan re-generasi kader Muhammadiyah di Wonosobo, yaitu dengan melakukan kaderisasi melalui Pengajian-Pengajian. Menariknya, pada masa itu Ortom Pemuda Muhammadiyah Wonosobo juga melakukan bimbingan belajar bagi Putra-Putri Muhammadiyah dan Remaja Muhammadiyah yang bernama Bimbingan Belajar Melati. Sementara kegiatan Hizbul Wathan juga menajadi cikal bakal kaderisasi Muhammadiyah di Pimpinan Cabang Wonosobo, dimana Kegiatan HW pada masa itu telah dilak sanakan di kampung-kampung setiap hari Ahad.
Dalam pergerakan Muhammadiyah pada masa pembentukan tentu tidak terlepas dari berbagai tantangan dan hambatan salah satunya yaitu Masyarakat menganggap bahwa Muhammadiyah merupakan Organisasi Neo Masyumi, dimana pada saat itu Masyumi telah dibubarkan di Indonesia bahkan Muhammadiyah juga mendapatkan pertentangan dari keluarga dan aktivis PKI di Wonosobo, meskipun pada dasarnya Muhammadiyah telah mampu diterima di tubuh Masyarakat baik warga Muhammadiyah maupun non Muhammadiyah. Tak hanya tantangan dari luar, Muhammadiyah juga memiliki PR besar salah satunya yaitu adanya berbagai permasalahan intern seperti susahnya kaderisasi di tubuh Muhammadiyah, ter lebih pada saat pergantian pimpinan.
Keberadaan warga yang heterogen selain baik, juga memiliki tantangan tersendiri, seperti halnya bermacam-macamnya profesi Pimpinan/Pengurus Persyarikatan Muhammadiyah sehingga terbatas waktu dalam koordinasi (rdp)
Sumber : Sinar Sang Surya di Bumi Asri, Rekam Jejak Gerakan Muhammadiyah di Wonosobo, TP2SM, Gramasurya, April 2023
Comments
No comments yet. Be the first to comment!