
_rudyspramz, MPI_
Perempuan yang paling tahu dirinya, ketika mereka dihargai dan diberi kesempatan yang sama dengan laki2, mereka justru lebih berhasil dari laki2 dalam pelaksanaan program maupun administrasinya, apakah karena karakternya yang loyal, teliti, perasaan yang dominan, senang berkumpul dan ngobrol ?
Allah mengangkat derajat mulia perempuan di sisi-Nya, ada surat An-Nisa dalam Al Qur'an, surga dibawah telapak kaki ibu, menitipkan makhluk ciptaan-Nya di rahim perempuan, oleh karena itu perjuangan mengangkat harkat martabat perempuan yang di rendahkan dalam sejarah peradaban manusia harus di akhiri.
Perjuangan mengangkat martabat perempuan, sudah dipelopori Muhammadiyah melalui Aisyiyah lebih dahulu dibanding RA Kartini dalam memperjuangkan persamaan laki2 dengan perempuan. Lewat Aisyiyah, perempuan dihargai dan bangkit, perempuan aktif di luar rumah, sekolah, mengaji, berorganisasi dan mengembangkan potensinya.
Namun kultur tidak mudah lepas begitu saja fungsi privat tetap dituntut sehingga perempuan seperti berada di "dua kaki' pulang kantor sambil nenteng sayur, sementara suami pulang kantor tidur. Suami yang cerdas tentunya tidak akan tinggal diam ikut berbagi di ranah privat. Semua jalan dalam mencari nafkah, mendidik anak, mengatur rumah tangga, bermasyarakat dan berorganisasi.

Perempuan lebih paham dirinya, berorganisasi rawan 'gesekan' apalagi dominasi perasaan dalam diri perempuan, semua butuh refreshing, sebagian besar kaum perempuan suka rekreasi paling tidak harus action selfi bareng-bareng, maka dibuatlah program wisata dakwah, jangan lupa siapkan banner untuk foto-foto dan video. Bersilaturahmi, mengaji, melaksanakan program sekaligus rekreasi dan sekalian belanja ..klop ! rasa gembira diwujudkan dengan mengajak suami dan anak. Ekonomi kerakyatan pun bangkit.
Perempuan paling sadar kondisi dirinya yang harus dipahami oleh suami dan semua laki-laki. Keluarga Sakinah dalam realitanya sejauh mana kepemimpinan suami mengelola istri dan keluarga, emotional dan spiritual quetion lebih dibutuhkan dibanding intelektual quetion. Sikap keras lebih sering gagal, namun sikap lunak bisa menjerumuskan, sikap diam kadang efektif, karena perempuan lebih sering minta dipahami, pilihan tindakan sesuai situasi yang tepat dan ini tidak mudah namun 'eman dan emong' lebih dominan dalam keluarga.
Ketika Perempuan sudah tertawa, nyaman dan bahagia, sepertinya separuh masalah dunia teratasi, maksudnya anak sholeh sholehah, konsolidasi keuangan keluarga dan program organisasi bukan lagi sesuatu yang sulit, meski bukan berarti peran suami tidak dibutuhkan, semua dalam semangat dan tujuan yang sama.
Wallahu a'lam
@kopi pagi halal bi halal, 8/4/25
Comments
No comments yet. Be the first to comment!