
Muhammad Bangkit Priyambodo, S.Si.
(Peserta Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah Angkatan II Wonosobo)
Turats Islam merupakan warisan intelektual umat yang mencakup berbagai disiplin ilmu, mulai dari tafsir, hadis, fikih, hingga sastra dan sejarah Islam. Keberadaan turats menjadi bukti kekayaan peradaban Islam yang telah melahirkan banyak ulama dan cendekiawan sepanjang sejarah. Namun, tantangan muncul di era digital ini: bagaimana metode yang efektif untuk mengenalkan turats kepada generasi Muslim agar tetap relevan dan mudah diakses?
Turats memiliki peran yang sangat penting di era modern sebagai warisan intelektual Islam yang menjadi sumber rujukan utama dalam memahami ajaran agama secara mendalam dan autentik. Dalam dunia yang terus berkembang dengan berbagai ideologi dan pemikiran baru, turats berfungsi sebagai pedoman yang kokoh untuk menjaga kemurnian ajaran Islam. Kitab-kitab klasik yang ditulis oleh ulama terdahulu memberikan solusi atas berbagai permasalahan umat dengan pendekatan yang komprehensif dan berbasis dalil yang kuat.
Keberadaan turats juga menjadi bukti peradaban keilmuan Islam yang tidak hanya membahas aspek ibadah, tetapi juga ilmu pengetahuan, filsafat, kedokteran, dan sains. Oleh karena itu, mengkaji turats bukan hanya untuk kepentingan akademik, tetapi juga sebagai bentuk tanggung jawab dalam menjaga kesinambungan ilmu Islam bagi generasi mendatang.
Di era digital, turats menjadi semakin relevan karena teknologi memungkinkan akses yang lebih luas terhadap karya-karya klasik Islam yang sebelumnya sulit dijangkau. Digitalisasi dan terjemahan kitab-kitab turats membantu masyarakat memahami warisan keilmuan Islam dengan lebih mudah, terutama bagi mereka yang tidak memiliki latar belakang bahasa Arab. Namun, tantangan tetap ada, seperti penyebaran informasi yang kurang valid atau pemahaman yang terputus dari konteks aslinya. Oleh karena itu, diperlukan upaya bersama dari ulama, akademisi, dan umat Islam dalam memastikan bahwa turats tidak hanya diperkenalkan, tetapi juga dipahami dengan benar sesuai dengan nilai-nilai Islam yang autentik.
Umat Islam memiliki tanggung jawab besar dalam menjaga dan meneruskan warisan keilmuan Islam, termasuk turats. Mempelajari turats bukan hanya upaya akademik, tetapi juga bagian dari menjaga identitas keislaman dan memperkuat pemahaman agama berdasarkan sumber yang shahih.
Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
وَكَذٰلِكَ جَعَلْنٰكُمْ اُمَّةً وَّسَطًا لِّتَكُوْنُوْا شُهَدَاۤءَ عَلَى النَّاسِ وَيَكُوْنَ الرَّسُوْلُ عَلَيْكُمْ شَهِيْدًاۗ
"Dan demikian (pula) Kami telah menjadikan kamu (umat Islam), umat yang adil dan pilihan agar kamu menjadi saksi atas (perbuatan) manusia dan agar Rasul (Muhammad) menjadi saksi atas (perbuatan) kamu." (QS. Al-Baqarah: 143).
Salah satu langkah utama dalam mengenalkan turats adalah dengan mendigitalisasi manuskrip klasik Islam. Berbagai lembaga telah melakukan upaya ini, seperti Al-Azhar, Dar al-Ifta, dan Perpustakaan Nasional Arab Saudi yang mengarsipkan kitab-kitab klasik dalam format digital. Digitalisasi turats memiliki banyak keuntungan, di antaranya memudahkan akses bagi masyarakat luas tanpa harus memiliki kitab fisik serta memastikan kelestarian teks asli tanpa khawatir akan kerusakan fisik.
Selain itu, digitalisasi juga meningkatkan keterjangkauan turats bagi pelajar dan peneliti di seluruh dunia. Dengan adanya indeks pencarian berbasis kata kunci, penelitian dan pembelajaran pun semakin efisien. Digitalisasi juga memungkinkan penyajian teks dalam format interaktif, yang mempermudah pemahaman dan penyebaran ilmu. Hal ini menjadi solusi efektif untuk menjawab tantangan keterbatasan akses terhadap literatur klasik Islam.
Pembelajaran daring semakin berkembang pesat, sehingga pemanfaatan platform seperti Zoom, Google Meet, atau YouTube menjadi sarana efektif untuk mengenalkan turats kepada masyarakat.
Keunggulan metode ini antara lain memungkinkan pembelajaran tanpa terhambat oleh jarak serta materi bisa diulang kembali melalui rekaman. Interaksi langsung antara peserta dengan pengajar juga dapat berlangsung lebih dinamis dan memungkinkan diskusi ilmiah yang lebih dalam. Banyak aplikasi Islam telah dikembangkan untuk menyebarkan ilmu agama, termasuk turats. Contoh aplikasi seperti Shamela, Maktabah Syamilah, dan Al-Maktabah Al-Waqfiyah memungkinkan pengguna mengakses ribuan kitab klasik dengan mudah. Aplikasi ini memiliki keunggulan berupa fitur pencarian kata kunci yang mempermudah penelitian dan tampilan interaktif yang menunjang pembelajaran. Selain itu, aplikasi berbasis mobile memudahkan akses kapan saja melalui ponsel atau tablet.
Generasi muda saat ini lebih banyak mengakses informasi melalui media sosial. Oleh karena itu, pendekatan dakwah melalui platform seperti Instagram, Twitter, dan TikTok bisa menjadi cara efektif untuk mengenalkan turats secara ringkas dan menarik.
Strategi yang bisa digunakan antara lain dengan membuat infografis tentang isi kitab-kitab turats, membagikan kutipan hikmah dari ulama terdahulu, serta mengadakan diskusi interaktif seputar kitab-kitab klasik. Dengan pendekatan ini, turats tidak hanya menjadi bahan bacaan akademik, tetapi juga menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari kaum muda Muslim. Konten-konten pendek yang disajikan dengan desain menarik dapat meningkatkan daya tarik generasi muda terhadap kajian Islam. Selain itu, algoritma media sosial yang mendukung interaksi tinggi memungkinkan penyebaran informasi lebih luas dan cepat.
Kampanye edukasi berbasis media sosial dapat menjadi gerakan literasi Islam yang berdampak besar. Para tokoh agama dan influencer Muslim memiliki pengaruh besar dalam membentuk opini masyarakat. Dengan mengajak mereka untuk turut serta dalam mengenalkan turats, pemahaman tentang literatur Islam klasik dapat lebih mudah diterima oleh khalayak luas. Bentuk kolaborasi bisa berupa podcast bertema turats dengan ulama atau akademisi Islam, video singkat yang menjelaskan isi kitab-kitab penting, serta kampanye literasi Islam yang mengajak generasi muda untuk membaca dan memahami turats.
Kolaborasi ini juga dapat melibatkan para penerjemah agar karya-karya turats lebih mudah dipahami oleh masyarakat yang kurang menguasai bahasa Arab. Selain itu, dengan pendekatan yang lebih populer, turats dapat dikemas dalam format yang lebih mudah diterima tanpa kehilangan esensi keilmiahannya. Keterlibatan influencer juga dapat meningkatkan daya jangkau dakwah dan memperkenalkan turats kepada segmen masyarakat yang lebih luas.
Comments
No comments yet. Be the first to comment!