Home > Article > Category > KHUTBAH

CIRI-CIRI ORANG BERTAKWA

CIRI-CIRI ORANG BERTAKWA

Subandi, S.Pd
Peserta Sekolah Tabligh PWM Jawa Tengah  di Wonosobo

إِنَّ الْحَمْدَ لِلّهِ نَحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ وَنَعُوْذُ بِاللهِ مِنْ شُرُوْرِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَاهَادِيَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنْ لَا إِلَهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ، اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ اَمَّا بَعْدُ، فَيَااَيُّهَا الْمُسْلِمُوْنَ، اِتَّقُوْااللهَ حَقَّ تُقَاتِه وَلاَتَمُوْتُنَّ اِلاَّوَأَنـْتُمْ مُسْلِمُوْنَ فَقَدْ قَالَ اللهُ تَعَالىَ فِي كِتَابِهِ الْكَرِيْمِ : 
إِنَّمَا يَعْمُرُ مَسَاجِدَ اللَّـهِ مَنْ آمَنَ بِاللَّـهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَأَقَامَ الصَّلَاةَ وَآتَى الزَّكَاةَ وَلَمْ يَخْشَ إِلَّا اللَّـهَ فَعَسَىٰ أُولَـٰئِكَ أَن يَكُونُوا مِنَ الْمُهْتَدِينَ 

Jama’ah Sholat jumat rohimakumullah.
Marilah kita tingkatkan ketakwaan kita kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala dengan ketakwaan yang sebenar-benarnya. Yaitu dengan mengamalkan apa yang diperintahkan oleh Allah ‘Azza wa Jalla dan oleh RasulNya serta menjauhi apa yang dilarang oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan oleh RasulNya. Karena sejatinya dari apa-apa yang diperintahkan Allah dan RosulNya, maka didalamnya terkandung manfaat, maslahat, kebaikan untuk kita, begitu juga sebaliknya : dari apa-apa yang Allah larang pastilah didalamnya terkandung mudharat, kejelekan untuk kita

Sebuah ayat yang familiar di telinga kita, yang sering kita dengar yaitu firman Allah Subhanahu wa Ta’ala

إِنَّ أَكْرَمَكُمْ عِنْدَ اللَّهِ أَتْقَاكُمْ ۚ

"Sesungguhnya orang yang paling mulia diantara kamu disisi Allah ialah orang yang paling takwa diantara kamu.” (QS. Al-Hujurat: 13)

Allah Subhanahu wa Ta’ala sedang menjelaskan ukuran kemuliaan yang tentunya kebanyakan orang menilai kemuliaan bukan dari ketakwaannya. Tapi jadi jabatan, kekayaan, dan keturunan. Sehingga orang setakwa apapun kalau dia miskin, maka kurang dihormati. Orang setakwa apapun, seandainya dia keturunan orang biasa-biasa saja, maka kurang dihormati. Begitu pula, orang setakwa apapun seandainya dia tidak memiliki jabatan maka kurang dihormati.

Allah menjelaskan bahwa yang mulia bukan yang paling kaya, tinggi jabatannya, maupun keturunan bangsawan. Tapi orang yang paling mulia di sisi Allah adalah yang paling bertakwa di antara kalian.
Jama’ah Sholat jumat rohimakumullah.

Satu hal yang harus kita ingat, bahwa ketakwaan bukan kita dapatkan dengan pengakuan. Ketakwaan bukan diukur dari klaim, “Saya paling bertakwa”. Bukan. Tapi ketakwaan ada ciri-cirinya. Seandainya seseorang memiliki ciri-ciri tersebut, maka dia adalah manusia yang bertakwa. 

Seorang sahabat Nabi Shallallahu ‘Alaihi wa Sallam yang bernama Abdullah Ibnu Zubair radhiyallahu ‘anhu menyampaikan ciri-ciri orang bertakwa, beliau berkata ;

فَإِنَّ لِأَهْلِ التَّقْوَى عَلَامَاتٍ يُعْرَفُونَ بِهَا، وَيَعْرِفُونَهَا مِنْ أَنْفُسِهِمْ

Sesungguhnya orang yang bertakwa itu punya ciri (tanda-tanda). Dengan tanda-tanda itu dia bisa diketahui dan dikenali ketakwaannya. Dan dia juga bisa menyadari apakah dia bertakwa atau tidak.

مِنْ صَبْرٍ عَلَى الْبَلَاء، وَرِضَى بِالْقَضَاء

Akan terlihat dari kesabaran dan keridhaannya dalam menghadapi musibah yang Allah Subhanahu wa Ta’ala timpakan kepadanya.
Ketika kita menghadapi musibah, kemudian kita bersabar, bahkan kita ridha menghadapi ujian tersebut. Maka itu ciri yang pertama bahwa kita adalah termasuk orang yang bertakwa.

Ciri yang kedua: 

وَشُكْرِ النِّعْمَاء

Bersyukur ketika mendapatkan nikmat dari Allah apapun itu bentuk dan ukurannya. Maka seandainya ada orang yang mendapatkan nikmat lalu dia menganggap remeh nikmat itu, karena dia pikir itu nikmat yang kecil, berarti dia belum masuk dalam kategori orang yang bertakwa.

Ciri yang ketiga adalah:

وَذُلٍّ لِحُكْمِ الْقُرْآنِ

Patuh dengan hukum Allah yang termaktub di dalam Al-Qur’an. Karena orang yang beriman ketika berjumpa dengan ayat Al-Qur’an yang memerintahkan sesuatu maka dia mengatakan, “سَمِعْنَا وَ أَطَعْنَا” Dan ketika menemukan ayat Al-Qur’an yang melarang sesuatu, maka dia pun akan meninggalkan tanpa banyak beralasan.

اَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللَّه لِي وَلَكُمْ، وَلِسَائِرِ لِّلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَات، فَاسْتَغْفِرُوْهُ، اِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْم

Khutbah Kedua
Mari kita periksa tiga ciri ini dalam diri kita masing-masing. Apakah kita sudah bersabar ketika menghadapi ujian dari Allah? Apakah kita sudah bersyukur ketika mendapatkan nikmat dari Allah? Dan apakah kita sudah patuh dengan perintah Allah Subhanahu wa Ta’ala?
Seandainya sudah, maka bersyukurlah. Mudah-mudahan kita termasuk orang yang bertakwa. Jika belum, maka marilah kita berupaya, berusaha agar kita menjadi orang-orang yang bertakwa.

إِنَّ اللَّـهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّونَ عَلَى النَّبِيِّ ۚ يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوا تَسْلِيمًا
اَللَّهُمَّ صَلّ وَسَلِّم وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِ مُحَمَّدٍ.
اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَات، وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَات، الْاَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالْاَمْوَات، اِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مَجِيْبُ الدَّعْوَات
رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنفُسَنَا وَإِن لَّمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُونَنَّ مِنَ الْخَاسِرِينَ
رَبَّنَا لَا تُزِغْ قُلُوبَنَا بَعْدَ إِذْ هَدَيْتَنَا وَهَبْ لَنَا مِن لَّدُنكَ رَحْمَةً ۚ إِنَّكَ أَنتَ الْوَهَّابُ
رَبَّنَا تَقَبَّلْ مِنَّا اِنَّكَ اَنْتَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ وَتُبْ عَلَيْنَا اِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.
رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ
وَ سُبْحَانَ رَبِّكَ رَبِّ الْعِزّهَ عَمَّا يَصِفُوْنَ وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Reply