Home > Article > Category > KABAR

HAEDAR NASHIR SAMPAIKAN TIGA PESAN PENTING DALAM APEL AKBAR KOKAM 2025

HAEDAR NASHIR SAMPAIKAN TIGA PESAN PENTING DALAM APEL AKBAR KOKAM 2025

MUHAMMADIYAHWONOSOBO.COM - Ketua Umum Pimpinan Pusat Muhammadiyah, Prof Dr Haedar Nashir MSi, menyampaikan tiga pesan penting dalam Apel Akbar Komando Kesiapsiagaan Angkatan Muda Muhammadiyah (Kokam) 2025 yang digelar di Stadion Tridadi, Sleman, Yogyakarta, Ahad (20/7/2025).

Acara akbar ini dihadiri oleh lebih dari 25 ribu kader Kokam dari seluruh penjuru Indonesia. Hadir pula para tamu kehormatan, seperti Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, Wakil Ketua Badan Pengelola Keuangan Haji Dahnil Anzar Simanjuntak, Kapolda DIY, Kapolda Jawa Tengah, serta jajaran pejabat tinggi negara dan unsur TNI-Polri lainnya yang turut memberi dukungan penuh.

Dalam pidatonya, Prof Haedar mengapresiasi semangat kader Kokam yang berkumpul dengan penuh militansi dan komitmen. Ia menyampaikan tiga pesan utama yang menggugah semangat perjuangan dan nilai keislaman para kader.

Satu, Nilai Dasar Muhammadiyah


Haedar menekankan pentingnya nilai dasar dalam gerakan Muhammadiyah dan seluruh Ortom-nya, termasuk Kokam. Ia menegaskan bahwa nilai tersebut harus bersumber dari ajaran Islam.

“KH Ahmad Dahlan menamai organisasi ini Muhammadiyah karena ingin melahirkan generasi Islam yang berjiwa Islam dan mengamalkan ajaran serta praktik hidup Nabi Muhammad Saw,” ujarnya.

Ia mengutip pesan KH Ahmad Dahlan menjelang wafatnya: “Aku tidak meninggalkan harta, yang kutinggalkan adalah Muhammadiyah. Maka aku titipkan Muhammadiyah kepadamu, maka jagalah Muhammadiyah agar mampu berkembang di masa depan.”

Dari kutipan tersebut, Haedar menyimpulkan bahwa seluruh aktivitas Pemuda Muhammadiyah dan Kokam harus dijiwai oleh nilai Islam—yakni Islam yang rahmatan lil ‘alamin dan membentuk karakter mulia. “Tidak ada bangsa yang maju jika akhlaknya runtuh dan karakternya lemah,” tegasnya.

Dua, Keteladanan Jenderal Soedirman dan Akal Suci

Haedar juga mengangkat sosok Jenderal Soedirman sebagai teladan Pemuda Muhammadiyah. Ia menyebut Soedirman sebagai prototipe kader Hizbul Wathan yang menjadi simbol perjuangan nasional, baik di tubuh TNI maupun Polri.

“Hidup ini perlu kesucian, dan kesucian itulah yang membawa pertolongan Allah,” kata Haedar mengutip pesan Soedirman saat menggembleng kader HW di Gunung Dieng.

Kesucian yang dimaksud, lanjut Haedar, adalah akal suci—konsep penting dalam dakwah KH Ahmad Dahlan yang mengacu pada jiwa yang bersih dan agama yang mencerahkan. Ia mengingatkan kader bahwa godaan harta, kekuasaan, dan pujian bisa melemahkan idealisme, dan hanya dengan akal suci seseorang bisa tetap istiqamah.

Haedar lalu mengutip Surat Ash-Shaff ayat 10–11, sebagai penegasan bahwa perjuangan yang dilakukan harus berlandaskan iman dan pengorbanan:

“Wahai orang-orang yang beriman! Maukah kamu Aku tunjukkan suatu perdagangan yang dapat menyelamatkan kamu dari azab yang pedih? (yaitu) kamu beriman kepada Allah dan Rasul-Nya dan berjihad di jalan Allah dengan harta dan jiwamu. Itulah yang lebih baik bagi kamu jika kamu mengetahui.” (QS Ash-Shaff: 10–11)

Ia menegaskan bahwa perjuangan Muhammadiyah melalui pendidikan, kesehatan, sosial, dan ekonomi bukan semata-mata kegiatan duniawi, melainkan bentuk pengabdian untuk mewujudkan Islam sebagai rahmat bagi semesta alam—dan sekaligus sebagai upaya membentuk pribadi-pribadi berjiwa suci.

“Kekuasaan sekecil apapun bisa membuat orang sombong. Maka kendalikan semuanya dengan akal suci,” pesan Haedar.

Tiga, Peran Kebangsaan dan Cinta Tanah Air

Pesan terakhir Haedar menekankan pentingnya peran kebangsaan yang telah lama dijalankan Muhammadiyah sejak masa KH Ahmad Dahlan.

“Hizbul Wathan adalah pasukan kepanduan tanah air yang dibentuk oleh pahlawan nasional KH Ahmad Dahlan. Bahkan Nyai Ahmad Dahlan pun menjadi pahlawan nasional,” ujarnya.

Haedar menyebut, hingga saat ini, ada 23 pahlawan nasional yang lahir dari rahim Muhammadiyah. Ia mendorong Kokam dan Pemuda Muhammadiyah untuk meneladani mereka dalam membangun bangsa, dengan atau tanpa jabatan.

“Indonesia memerlukan kita: yang berkiprah tanpa pamrih, berhikmat dengan sepenuh hati, mencintai bangsa dengan tindakan nyata, menjunjung tinggi persatuan di tengah perbedaan, dan tetap bekerja meski kecewa,” tutur Haedar penuh semangat.

Ia menutup pidatonya dengan seruan bahwa Kokam adalah bagian penting dari perjalanan Indonesia ke depan. Bersama TNI, Polri, dan seluruh elemen bangsa, Kokam harus siap mengawal cita-cita kemerdekaan menuju masa depan Indonesia yang lebih baik. 

Penulis Alfain Jalaluddin Ramadlan Editor Azrohal Hasan

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Reply