Home > Article > Category > OPINI

PERAN DAN KEDUDUKAN WANITA DALAM ISLAM

PERAN DAN KEDUDUKAN WANITA DALAM ISLAM

Oleh : Hurriyatul Ummah, Peserta Sekolah Tabligh PWM Jateng di Wonosobo 

Sebelum kedatang Rasulullah SAW yang membawa cahaya Islam, wanita dalam kedudukan hina. Al-Quran memotret keadaan itu dalam QS An-Nahl : 58-59, dimana berita kelahiran anak perempuan merupakan berita buruk yang mencoreng keluarga, membuat marah dan malu, sehingga anak perempuan itu dikubur hidup-hidup.

Diberbagai belahan dunia, wanita hanya dianggap pemuas nafsu. Seorang laki-laki dapat memiliki istri tak terbatas jumlahnya. Bahkan untuk urusan kedudukan dihadapan Tuhan dan hak untuk masuk surga saja masih diragukan. Itulah kesimpulan para agamawan di Eropa pada tahun 586 M. Lebih lanjut, perempuan dianggap memiliki jiwa, tapi hanya bertugas melayani lelaki serta bebas diperjualbelikan.

Islam hadir mengangkat harkat dan martabat wanita, Nabi Bersabda :
Siapa yang menanggung nafkah dua anak perempuan sampai baligh, maka pada hari kiamat, antara saya dan dia seperti ini. Beliau menggabungkan jari-jarinya. (Muslim 2631, dan Ibnu Abi Syaibah 25439).

"Siapa yang memiliki 3 anak perempuan, lalu dia bersabar, memberinya makan, minum, dan pakaian dari hasil usahanya, maka semuanya akan menjadi tameng dari neraka pada hari kiamat. (HR. Ahmad 17403, Ibnu Majah 3669).

Ketika wanita diperlakukan sebagai komoditas, bisa dinikahi tanpa batas, dan dapat diwariskan, Islam memberi batasan, ketentuan dan aturan yang ketat dalam rangka mengangkat harkat dan kedudukan wanita.

Ketika Rasulullah ditanya, siapa orang yang paling berhak  untuk dihormati,  Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “Kemudian  siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ibumu.” Orang itu bertanya lagi, “setelah dia siapa?” Nabi menjawab, “Ayahmu.” (HR. Bukhari, Muslim)

Islam memberikan penghargaan kepada wanita dengan kedudukan yang sama dihadapan Allah. Allah berfirman dalam QS. An-Nahl: 97 

مَنْ عَمِلَ صَالِحًا مِنْ ذَكَرٍ أَوْ أُنْثَى وَهُوَ مُؤْمِنٌ فَلَنُحْيِيَنَّهُ حَيَاةً طَيِّبَةً وَلَنَجْزِيَنَّهُمْ أَجْرَهُمْ بِأَحْسَنِ مَا كَانُوا يَعْمَلُونَ

Artinya: "Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan." (16: 97)

Demikian penghargaan Islam terhadap wanita yang dulunya direndahkan. Oleh karena itu dalam sejarah, kita dapatkan banyak peran wanita dalam pusaran dakwah Islam. Kadijah r.a misalnya, beliau memiliki peran yang besar dalam membantu tugas Rasul saw. Beliau yang memberikan ketenangan bagi Nabi SAW,  beliau yang mendukung bahkan mengorbankan hartanya untuk Islam.

Kita juga tentu tidak lupa dengan peran ‘Aisyah r.a., dimana banyak para sahabat, baik yang laki-laki maupun yang perempuan, menerima hadits darinya berkenaan dengan hukum-hukum agama.

Menuruf Prof. Dr. K.H. Hamid Fahmy Zarkasyi, di negara-negara Barat solusi dari ketertindasan perempuan tidak lahir dari ajaran agama, melainkan tuntutan masyarakat wanita yang kemudian melahirkan gerakan feminisme. Mulanya hanya ingin memberantas penindasan dan ketidak adilan terhadap perempuan. Tapi, tidak puas dengan itu, para feminis di London tahun 1977 merubah strategi. Feminism berupaya menghemoni dunia dengan menjual wacana gender lewat pemikiran liberal. 

Nalar yang dibangun adalah penindasan terhadap wanita dipicu oleh pembedaan. Pembedaan ini dibentuk oleh faktor sosial bukan biologis. Masyarakat sosial dengan budaya patriakhi-lah yang menjadikan wanita tertindas.  Sehingga mereka berupaya menyamaratakan antara laki laki dan perempuan. Mereka menuntut kesamaan hak tidak hanya di ranah sosial politik tetapi juga ranah individu dan keluarga.

Perkembangan selanjutnya, ketika gerakan kesetaraan gender ini disorotkan kepada agama-agama, semua agama dianggap bias gender. Nyatanya memang dalam Islam tidak ada Nabi wanita, dalam Katholik tidak pernah ada Paus wanita, Bhiksu dalam Buddha juga laki-laki.

Lebih lanjut beliau mengatakan, masyarakat Islam secara konseptual maupun historis tidak menjunjung konsep kesetaraan 50:50 dalam semua aspek. Dihadapan Tuhan memang sama, tapi Tuhan tidak menyamakan cara bagaimana kedua makhluk berlainan jenis kelamin ini menempuh surga-Nya. Meski tidak berarti peran wanita dalam Islam dikalahkan oleh laki-laki, Islam mengatur peranaan sosial wanita dari aspek yang paling mendasar yaitu biologis. Sebab dalam konsep Islam, aspek biologis terkait erat dengan aspek psikologis dan bahkan saling mempengaruhi.

Ditengah gerakan  pengarus-utamaan kesetaraan gender ini, penulis ingin mengingatkan sisi lain dari wanita yang perlu diwaspadai akan munculnya fitnah darinya, sebagaimana  sabda  Nabi  SAW. yang diriwayatkan dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu : 

صِنْفَانِ مِنْ أَهْلِ النَّارِ لَمْ أَرَهُمَا قَوْمٌ مَعَهُمْ سِيَاطٌ كَأَذْنَابِ الْبَقَرِ يَضْرِبُونَ بِهَا النَّاسَ وَنِسَاءٌ كَاسِيَاتٌ عَارِيَاتٌ مُمِيلاَتٌ مَائِلاَتٌ رُءُوسُهُنَّ كَأَسْنِمَةِ الْبُخْتِ الْمَائِلَةِ لاَ يَدْخُلْنَ الْجَنَّةَ وَلاَ يَجِدْنَ رِيحَهَا وَإِنَّ رِيحَهَا لَيُوجَدُ مِنْ مَسِيرَةِ كَذَا وَكَذَا

"Ada dua golongan dari penduduk neraka yang belum pernah aku lihat: (1) Suatu kaum yang memiliki cambuk seperti ekor sapi untuk memukul manusia dan (2) para wanita yang berpakaian tapi telanjang, berlenggak-lenggok, kepala mereka seperti punuk unta yang miring. Wanita seperti itu tidak akan masuk surga dan tidak akan mencium baunya, padahal baunya dapat tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR. Muslim no. 2128).

Wanita memiliki kedudukan yang mulia dan penting, sehingga ada ungkapan kalimah hikmah yang mengatakan :

الأم مدرسة إذا أعددتها أعددت شعباً طيب الأعراق

"Ibu adalah sekolah utama, bila engkau mempersiapkannya, maka engkau telah mempersiapkan generasi terbaik”

Ungkapan lain juga yang mengatakan “wanita adalah tiang Negara, apabila wanita itu baik maka Negara akan baik, dan apabila wanita itu rusak, maka Negara akan rusak pula Negara"

Comments

No comments yet. Be the first to comment!

Leave a Reply